Kamis, 20 November 2014

artikel tema kreasi manusia

Saat ini masih sering kita temukan ketidakseimbangan antara kreasi dengan edukasi. Banyak peristiwa orang-orang, khususnya remaja, yang hanya cenderung pada kreasi dan tak ingin menikmati edukasi yang menurut mereka memabukkan. Sebaliknya, tak sedikit pula yang cenderung pada edukasi enggan menekuni kreasi yang menurut mereka adalah suatu kerumitan. Ini sudah menjadi rahasia publik sejak dulu dan kini telah menjadi masalah yang kompleks.
Lalu, apa sebenarnya kreasi? Dan, apa pula edukasi itu?
Sejauh pemahaman kami, edukasi adalah suatu sistem yang di dalamnya terkandung hal-hal pasti dan nyata dalam kehidupan sehari-hari, bisa dipelajari karena ada teori, dan bisa dibuktikan denagan realita sekitar. Sedangkan kreasi adalah sistem yang bebas, penuh imajinasi dan kemampuan nalar jauh diluar kenyataan yang terpampang, hanya memiliki landasan konsep, dan tak bisa dinilai pandangan mata melainkan harus dengan hati dan daya analisa pikir. Selain itu, edukasi memiliki kecenderungan pada intelegensi dan keteraturan tatanan kehidupan, sedangkan kreasi cenderung pada keindahan dan inovasi untuk melukiskan khayalan pikir.
Kita ketahui setiap manusia diciptakan dengan otak yang memilikai kedua kemampuan tersebut, kreasi maupun edukasi. Sehingga bukan hal aneh sebenarnya jika manusia mampu berkembang dalam kreasi dan edukasi. Namun, yang terjadi saat ini adalah kecenderungan pada salah satu dari dua hal tersebut. Orang yang mampu menggeluti keduanya dianggap sebagai hal yang tabu dan WOW !!. Bayangkan, betapa memprihatinkan.yang seharusnya menjadi hal lumrah ,menjadi sesuatu yang sangat istimewa dan yang seharusnya menjadi masalah justru menjadi umum dan wajar. SANGAT PARAH !
Kita tidak bisa menyalahkan siapapun dan apapun dalam problema ini kecuali diri kita sendiri. Karena semua masalah ini terjadi akibat diri kita sendiri. Akibat dari sikap kita yang “memanjakan” otak kita untuk bekerja santai dan dengan kesadaran kita justru menginginkan hilangnya keseimbangan daya pikir kita. Kita membiarkan hal itu terjadi serta menerima dengan sangat bangga atas ketidakseimbangan kita, dari kecenderungan pada 1 dari 2 hal tersebut, dari kreasi dan edukasi menjadi kreasi atau edukasi. Rumit bukan?
RENUNGKAN ! Seandainya kita tidak membiarkan otak kita tidur nyenyak dan bersantai ria, pasti kita bisa menyeimbangkan kreasi dengan edukasi . Kita tak perlu lagi mencari orang lain untuk dibanggakan dan dipuji. Kita cukup bangga pada diri kita sendiri yang berhasil menyeimbangkan kreasi dan edukasi. Marilah kawan,kita melangkah bersama berawal dari diri sendiri. Satukan kreasi untuk edukasi !

Senandung Cinta

Senandung Cinta

Cinta . . .
Senandung syair berdawai asmara
Irama kudendangkan sepenuh jiwa
Di mana saja aku mengingatnya

Cinta . . .
Dalam sendiri kau ada
Memeluk hatiku dengan mesra
Penuh kasih dan sayang senantiasa

Cinta . . .
Antara ada dan tiada
Hadirmu penuh tanda tanya
Akankah cinta ini slamanya

Cinta . . .
Kubersenandung dalam do’a
Memanjatkan harapan untukmu di sana
Tuhan kan menjaga cinta kita.